Jejak cerita – Pilkada Sumatera Utara (Sumut) menjadi sorotan dengan dukungan yang signifikan kepada Bobby Nasution dari tujuh partai politik (parpol) utama. Pertanyaan pun muncul: apakah dukungan ini dipengaruhi oleh kedekatan keluarganya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)?
Menurut Luluk Nur Hamidah, Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), ini bukanlah rahasia besar. “Kita anggap sama-sama tahu lah kita,” ujarnya dengan senyum, mengakui bahwa kedekatan Bobby Nasution dengan Jokowi memberikan pengaruh signifikan. Namun demikian, Luluk menegaskan bahwa popularitas, konektivitas, dan jejaring sosial-ekonomi juga berperan penting dalam dukungan politik seperti ini.
”Baca juga: Keputusan Kaesang Pangarep dalam Pilkada 2024 Tantangan dan Peluang“
Bobby, yang kini menjabat sebagai Wali Kota Medan, memang tidak hanya dikenal sebagai menantu Jokowi tetapi juga memiliki kekuatan politik yang solid di tingkat lokal. “Dia memiliki kekuatan di situ dia wali kota dia mantu presiden, presidennya juga masih berkuasa sekarang kemudian adik iparnya terpilih sebagai Wapres,” papar Luluk, merujuk pada struktur kekuatan politik dalam keluarga besar tersebut.
Namun, Luluk juga menegaskan bahwa faktor-faktor ini tidak dapat dipandang remeh dalam politik yang dinamis seperti di Sumut. “Dari sisi kelaziman dia memiliki itu ya enggak bisa dielakkan ada faktor itu,” tambahnya. Menyoroti kompleksitas dinamika politik lokal yang turut memengaruhi strategi dan keputusan partai.
Sebelumnya, pertanyaan serupa diajukan oleh Djarot Saiful Hidajat dari PDIP. Mengenai apakah dukungan ini lebih terkait dengan Bobby sebagai figur politik atau sebagai bagian dari keluarga Jokowi. “Pilkada Sumut ya, untuk mas Bobby sudah dapat (dukungan sebanyak itu), itu karena mas Bobby nya atau karena mertuanya? Itu pertanyaannya. Jadi pertanyaannya itu,” ungkap Djarot, menyoroti kompleksitas dinamika politik nasional dan lokal yang saling terkait.
”Simak juga: BBM subsidi oleh Menteri BUMN, Erick Thohir“
Meskipun dukungan dari sejumlah besar partai politik bisa dianggap sebagai keuntungan besar, Djarot menegaskan bahwa kemenangan pada akhirnya ditentukan oleh suara rakyat. “Jadi belum tentu juga, pendukung partai yang banyak gitu, raksasa, gemuk gitu ya, superkoalisi, kayak atau super apa ya. Gemuk banget gitu ya itu belum tentu juga (menang). Karena yang menentukan kan rakyat juga,” jelasnya, menggarisbawahi pentingnya peran pemilih dalam demokrasi yang sehat.
Dengan demikian, dinamika politik lokal di Sumut menunjukkan bahwa meskipun faktor-faktor seperti hubungan keluarga dapat memberikan keunggulan awal. Namun kekuatan sesungguhnya terletak pada dukungan dan keyakinan rakyat dalam proses demokrasi.