Bayu Skak Tantang Diri di Film Terbaru Cocote Tonggo
jejakcerita.com – Bayu Skak menyutradarai sekaligus membintangi film terbarunya berjudul Cocote Tonggo. Dalam proyek ini, ia terlibat langsung dalam proses kreatif, mulai dari penyutradaraan hingga akting utama. Film tersebut mengangkat cerita khas kehidupan masyarakat Jawa dengan sentuhan komedi dan nilai budaya lokal. Keterlibatan Bayu menunjukkan dedikasinya terhadap perfilman Indonesia, khususnya dalam mengangkat kisah dari daerah asalnya, Jawa Timur.
“Baca Juga: Kenali 4 Tanda Diabetes Akut Sebelum Terlambat”
Bayu Skak mengungkapkan bahwa film Cocote Tonggo menjadi tantangan baru dalam perjalanan kariernya di dunia perfilman. Ia mengaku mencoba keluar dari zona nyaman yang selama ini identik dengan penggunaan bahasa Jawa Timur-an dalam film-film sebelumnya. “Tantangan di film ini, ya ini adalah upaya untuk berkarya ke depan lagi yang bisa keluar dari zona nyaman,” ujar Bayu saat konferensi pers di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan.
Sebagai sutradara dan aktor utama, Bayu mengambil langkah berbeda dalam hal pendekatan budaya dan bahasa. Ia memilih menggunakan bahasa Jawa Mataraman, yang meliputi dialek dari wilayah Solo, Yogyakarta, dan sekitarnya. Bahasa ini memiliki karakteristik dan kosakata yang berbeda dibandingkan dengan bahasa Jawa Timur-an yang biasa ia gunakan.
Dalam proses pembuatan Cocote Tonggo, Bayu Skak tidak ingin asal menggunakan bahasa daerah. Ia melibatkan seorang ahli bahasa Jawa Mataraman untuk memastikan penggunaan bahasa dan dialek yang tepat. Ahli tersebut memberi masukan penting kepada para pemain agar logat dan pelafalan sesuai dengan karakter lokal yang ditampilkan.
Bayu mencontohkan perbedaan kecil namun signifikan antara kedua dialek. Misalnya, dalam bahasa Jawa Timur dikatakan “yo opo?”, sedangkan dalam bahasa Jawa Mataraman menjadi “piye?”. Pemilihan bahasa ini menjadi elemen penting dalam membangun keaslian cerita serta memperkaya warna budaya dalam film.
Langkah ini menunjukkan komitmen Bayu terhadap detail dan autentisitas, serta upayanya mengenalkan keragaman bahasa Jawa ke layar lebar.
Film Cocote Tonggo mengangkat kisah pasangan suami istri bernama Luki dan Murni yang tinggal di lingkungan masyarakat Jawa. Luki diperankan oleh Dennis Adhiswara, sementara Murni diperankan oleh Ayushita. Mereka berdua dikenal sebagai penjual jamu kesuburan yang cukup populer di kalangan warga. Namun, meski menjual produk yang dipercaya bisa membantu pasangan memiliki anak, keduanya justru belum juga dikaruniai momongan.
“Baca Juga: MediaTek Dimensity 9500 Hadir dengan NPU 100 TOPS”
Situasi tersebut membuat Luki dan Murni menjadi bahan gunjingan warga sekitar. Warga mempertanyakan efektivitas jamu yang mereka jual, karena pasangan itu sendiri belum berhasil mendapatkan anak. Konflik ini menjadi inti cerita dalam Cocote Tonggo, yang dibalut dengan nuansa komedi dan kritik sosial. Film ini menyoroti tekanan sosial terhadap pasangan yang belum memiliki anak, serta bagaimana masyarakat sering kali mencampuri urusan pribadi orang lain. Dengan pendekatan budaya lokal yang kuat, film ini menyajikan realitas yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.